Our BLOG had MOVED to :
Homeschooling was guided by conviction, born out of much consideration& research, shape in our heart & mind by the Holy Spirit --Clarkson
— EagleNest Homeschool (@EagleNestHome) March 6, 2013
Tuesday, September 1, 2015
Monday, August 17, 2015
Friday, June 26, 2015
Friday, June 19, 2015
Wednesday, June 17, 2015
Bercerita kepada Anak
Cerita adalah metode komunikasi yang sudah berlaku dari generasi ke generasi, tetapi sekarang makin dilupakan orang karena peran dan fungsinya kini mulai tergantikan oleh tayangan-tayangan televisi dan game di komputer ataupun gadget. Padahal, bercerita sangat banyak manfaatnya. Cerita juga sudah menjadi tradisi mendunia.
Bercerita juga merupakan perintah Allah
kepada kita sebagai orangtua. Kita dapat memperhatikan di dalam Alkitab bahwa
bercerita merupakan cara untuk mengajarkan peringatan, ketetapan, dan peraturan
Tuhan. Di dalam Ulangan 6:20-25 tertulis bahwa orangtua memiliki tugas untuk
menceritakan perbuatan ajaib Tuhan. Melalui cerita, peringatan Tuhan dapat
disampaikan kepada anak.
Saturday, May 30, 2015
Friday, May 29, 2015
Wednesday, May 27, 2015
TEACHERS vs PARENTS
SCHOOL
TEACHERS
|
PARENTS
|
|
KUALIFIKASI
|
- Umumnya profesional, lulusan keguruan & certified.
|
- Kedewasaan dan kematangan orangtua, mengasihi anak, memiliki
kerinduan untuk bertumbuh dan belajar.
|
PROSES BELAJAR
|
- Umumnya sebagian besar proses belajar adalah guru memberikan
penjelasan kepada anak berdasarkan buku pelajaran yang telah ditentukan.
|
- Proses belajar dapat menggunakan komunikasi sehari-hari seperti
mengobrol, diskusi , bercerita bahkan bermain bersama untuk anak yang lebih
kecil.
- Orangtua dapat membuka ‘window of learning’ melalui percakapan
tentang
apa yang ada di
sekitar, tentang peristiwa yang baru
dilihat, tentang
anggota keluarga, atau film yang baru mereka tonton.
Dengan menanyakan
pendapat anak-anak, orangtua membangunkan ingatan dan menstimulus kecerdasan
logika anak.
|
METODE
|
- Formal, terbatas, orientasi belajar dalam group, disesuaikan dengan
ruangan dan struktur kelas.
|
- Metode tidak dibatasi.
- Belajar secara informal.
- Gaya mengajar disesuaikan dengan kebutuhan anak.
|
CONTROL
|
- Mengontrol 20-30 anak dalam satu kelas.
- Sebagian besar tidak terkontrol/terabaikan dan sulit untuk disiplin.
|
- Kontrol menjadi bagian dalam relasi orangtua anak.
- Pelatihan dan disiplin menjadi bagian dalam pembelajaran sehari-hari.
|
RESOURCES
|
- Umumnya bersumber dari materi yang
sudah ditetapkan oleh sekolah.
|
- Dapat memilih materi yang terbaik bagi keluarga.
- Dapat disesuaikan dengan anggaran dan kebutuhan keluarga.
- Sumber materi tidak terbatas.
|
KURIKULUM
|
- Menggunakan kurikulum yang seragam untuk semua anak di dalam kelas.
- Sulit untuk berfokus pada kebutuhan anak, minat anak, kemampuan &
gaya belajar anak.
|
- Orangtua memiliki kebebasan untuk memilih kurikulum dan material yang
dapat di-kustomisasi kepada anak secara individual.
- Orangtua dapat
merancang kegiatan-kegiatan belajar dengan materi yang ada di rumah, misalnya
percobaan sains menggunakan bahan-bahan di dapur, belajar keterampilan (memasak,
bengkel, komputer, dll) atau melakukan
riset/pengamatan dengan sarana hal-hal yang ada di sekitar rumah
- Kebutuhan anak terpenuhi.
|
CONTENT
|
- Materi yang dipelajari terbatas dari textbook.
|
- Tidak ada batasan untuk mendiskusikan materi yang dipelajari. Bisa
berkembang dan orangtua dapat memfasilitasi.
|
TIME
|
- Waktu bersama anak terbatas di kelas.
- Sangat ketat dengan jadwal dan dateline.
|
- Waktu bersama anak tidak terbatas dan situasi belajar dapat
bervariasi.
- Anak-anak mendapat instruksi secara individu.
- Anak-anak dapat menyesuaikan diri sesuai dengan kecepatan belajar.
- Jadwal lebih flexible.
|
EVALUASI
|
- Evaluasi perkembangan anak yang utama adalah berdasarkan ujian, nilai
dan level.
- Berdasarkan standard dalam kelas.
- Faktor lain seperti :
kematangan anak, apakah anak sudah mengerti dan menguasai materi,
apakah anak memiliki perhatian yang khusus, dapat terabaikan.
|
- Perkembangan anak dapat dipantau secara individu.
- Ukuran evaluasi sangat personal bagi setiap anak, mencakup proses
belajar dan area pembelajaran.
- Level dan test merupakan salah satu tools untuk evaluasi, tetapi
bukan yang utama.
|
DISIPLIN
|
- Disesuaikan aturan di dalam
kelas.
- Karena tidak ada bonding atau kedekatan emosional, maka disiplin
dilakukan dengan otoriter.
- Bentuk disiplin adalah menghukum karena ada pelanggaran atau
kesalahan.
|
- Otoritatif, yaitu seimbang dalam kasih/hubungan dengan disiplin.
- Disiplin bertujuan untuk melatih anak bertumbuh dalam karakter, sikap
dan kelakuan.
|
CREATIVITY
|
- Kreativitas sulit terakomodir karena struktur formal pembelajaran di
dalam kelas dan keterbatasan waktu tetapi jumlah anak besar.
- Anak-anak diarahkan untuk bisa memberikan jawaban yang benar.
- Anak-anak dituntut untuk duduk manis dan menjawab pertanyaan.
|
-
Anak-anak dapat mengembangkan
kreativitas dengan maksimal karena suasana pembelajaran memberikan kebebasan
kepada anak untuk eksplorasi, discovery, bertanya dan mencari jawaban,
ataupun hands on learning.
|
MOTIVASI
|
- Motivasi bervariasi : love of teaching, karena pekerjaan, dll.
|
- Cinta, perhatian dan keinginan berhasil yang dimiliki orangtua adalah
energi besar yang sangat berperan penting dalam keberhasilan pendidikan anak.
|
HASIL
|
- Anak lulus ujian pada jenjang pendidikan tertentu.
- Anak belajar untuk mencapai target setiap semester/setiap tahun.
|
- Tidak sekedar mencari kelulusan pada jenjang pendidikan tertentu.
- Anak belajar karena senang belajar (love of learning) dan
menjadi pembelajar mandiri.
|
Monday, May 25, 2015
CLASS EDUCATION vs HOME EDUCATION
CLASS
EDUCATION
|
HOME
EDUCATION
|
|
LEMBAGA
|
-
Pendidikan berada di lembaga
khusus dan diatur oleh lembaga.
|
-
Pendidikan berangkat dari
keluarga dan melibatkan kehidupan/kegiatan sehari-hari sebagai proses
pembelajaran.
|
ANAK
|
- Anak adalah bagian dari kelompok di sekolah.
- Berfokus menolong anak untuk menyesuaikan diri ke dalam group dan
standard kompetensi sesuai usia anak.
|
- Anak adalah individu.
- Berfokus pada perkembangan anak, memperhatikan minat dan bakat anak,
dan membimbing kepada kedewasaan rohani.
- Pembelajaran tidak dibatasi usia.
- Anak tidak dituntut untuk seragam & serupa.
|
RUANG BELAJAR
|
- Ruang belajar adalah kelas dan sekolah.
|
- Ruang belajar adalah rumah dan dunia nyata serta keseharian yang
dijalani antara orangtua dengan anak-anak dan lingkungan sekitar.
- Secara fisik, ruang
untuk proses belajar itu bukan hanya ada di meja belajar. Di manapun ada
interaksi keluarga, di sana adalah ruang belajar. Seluruh tempat dan aspek kehidupan
adalah belajar.
|
SETTING
|
- Materi belajar adalah kurikulum yang telah disusun.
- Struktur pembelajaran disusun oleh guru.
- Guru memberikan instruksi, aturan dan mengontrol kegiatan belajar.
- Kegiatan belajar yang terlalu formal dapat menghambat berkembangnya
rasa ingin tahu dan kreativitas anak.
|
- Struktur pembelajaran disusun berdasarkan minat anak dan keluarga.
- Memberikan kesempatan dan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan curiosity
/keingintahuannya, kreativitas dan mendorong anak sebagai pembelajar alami.
|
INSTRUKSI
|
- Instruksi dan kecepatan
pembelajaran sama rata diberikan kepada semua anak.
- Anak belajar sesuai dengan target yang telah ditetapkan di kelas.
|
- Instruksi diberikan one-on-one secara individu.
- Anak belajar sesuai kecepatan dan daya serap masing-masing.
|
OTORITAS & HUBUNGAN
|
- Hubungan anak dengan guru adalah hubungan formal.
- Guru tidak mengenal semua anak dalam kelas secara mendalam.
|
- Hubungan anak dengan orangtua adalah hubungan natural.
- Orangtua yang paling mengenal talenta, gaya belajar dan kepribadian
anak.
|
MATERIAL
|
- Menggunakan textbook dan workbook serta kurikulum yang
telah ditentukan secara seragam untuk semua anak.
- Struktur, suasana kelas dan metode pembelajaran diatur oleh guru.
|
- Orangtua dapat menggunakan segala sumber untuk memfasilitasi kegiatan
belajar anak. Termasuk keseharian dan pengalaman menjalani kehidupan.
- Orangtua memiliki kebebasan untuk memilih kurikulum dan materi.
- Orangtua memfasilitasi anak untuk belajar sesuai minat dan kemampuan
anak.
|
WAKTU
|
- Guru membutuhkan banyak waktu untuk mengatur anak- anak di kelas.
- Anak-anak lebih banyak belajar di belakang meja.
- Rata-rata lulus SMA di usia 18 tahun.
|
- Seluruh perjalanan kehidupan adalah kesempatan untuk belajar.
- Setiap kegiatan anak adalah kesempatan untuk belajar.
- Belajar 2 jam di rumah setara dengan belajar 6 jam di sekolah.
- Anak-anak dapat lulus lebih cepat dari usia standard.
|
PROGRESS
|
- Anak-anak belajar dan memperoleh pengetahuan sesuai dengan standard
kompetensi usia dan jenjang level/grade.
- Anak berkembang dan bertumbuh di sekolah (sebagian besar waktunya
dihabiskan di sekolah dari pagi sampai sore).
|
- Anak-anak belajar tanpa dibatasi standard, kompetensi dan jenjang level.
Misal : anak usia 10 tahun yang berbakat di
Science bisa mempelajari pelajaran Science untuk usia 12 tahun,
dan sebaliknya.
- Keluarga (orangtua & anak) bertumbuh bersama.
|
UJIAN & TEST
|
- Umumnya test dilakukan untuk mengingat fakta dan informasi.
- Anak-anak menghafal untuk menjawab pertanyaan dalam test (umumnya
sesudah test bisa lupa lagi).
- Test lebih banyak berbentuk pertanyaan tertulis.
- Indikator keberhasilan adalah nilai dari jawaban yang benar.
|
- Test dilakukan sehubungan dengan ide dan konsep anak. Bukan untuk menjawab
pertanyaan tertulis.
- Selain tertulis, test dapat dilakukan dengan lisan, bercerita,
membuat narasi, membuat proyek.
- Nilai dari jawaban yang benar bukan menjadi tolak ukur, tetapi yang
diharapkan adalah pemahaman anak terhadap materi yang dipelajari dan
menguasai skill baru.
|
HOMEWORK
|
- PR sangat penting, terutama untuk latihan dan menyelesaikan
latihan/pelajaran yang tidak bisa diselesaikan di sekolah.
|
- Sebagian besar tidak membutuhkan PR, karena integration of home
& education, living & learning.
|
GRADE / LEVEL
|
- Level sangat dibutuhkan untuk mengontrol dan memastikan perkembangan
dari seluruh anak-anak di kelas.
- Level menunjukkan kemampuan
anak.
|
- Anak-anak tidak ditentukan oleh level.
- Orangtua memfasilitasi anak sampai anak mengerti serta menguasai skill
dan pengetahuan.
|
Saturday, May 23, 2015
Friday, May 22, 2015
Wednesday, May 13, 2015
Membangun Harga Diri Anak
Betapa banyak orang tumbuh dengan perasaan minder, sulit bergaul dan pemarah !
Biasanya jika ditelusuri
asal-muasalnya, perasaan itu muncul karena sejak kecil orang tersebut tidak
bertumbuh dengan HARGA DIRI yang
cukup. Bisa karena sering dicela, dipersalahkan dan jarang dipuji. Bisa juga
karena bertumbuh tanpa pengarahan orangtua, hanya dengan pembantu dan baby-sitter.
Pada saat remaja, anak akan
bersosialisasi dengan teman-temannya dengan tangki cinta yang nyaris kosong,
sehingga dia akan menjadi anak yang mudah dipengaruhi untuk melakukan hal-hal
buruk.
Merasa diri berharga adalah hal yang
sangat penting !!
Perasaan ini dibentuk melalui relasi
orangtua dengan anak. Salah satu caranya adalah sejak kecil usahakan agar anak
kita mendapat penerimaan dan penghargaan rasa dicintai.
Mengasihi anak tanpa syarat merupakan modal
utama bagi pembentukan harga diri anak!
Mengasihi tanpa syarat berarti
mengasihi anak, tak peduli apa pun yang mereka lakukan, katakan, dan percayai. Sebagai
orangtua, kita boleh saja tidak suka dengan perbuatan mereka, namun kita akan
tetap mengasihi mereka. Untuk memberikan kasih sayang tanpa syarat, kita perlu
menjadi orangtua yang tangguh dan menggunakan pikiran jernih. Dengan demikian,
walaupun hati kita kadang-kadang kecewa mendengar perkataan anak yang kurang
berkenan, kita bisa tetap menggunakan pikiran sehat tanpa mempengaruhi rasa
cinta kita pada anak.
Banyak orangtua bersikap tidak
konsisten, yaitu bersikap suportif dan penuh perhatian ketika anak bersikap
manis dan penurut, tapi kemudian berubah sikap menjadi keras jika anak tidak menurut. Padahal, justru
mengasihi tanpa syarat paling dibutuhkan ketika anak kita dalam kondisi
“sedikit menyebalkan”. Misalnya, ketika anak-anak sedang melakukan dengan sengaja
sesuatu yang dilarang oleh orangtua.
Subscribe to:
Posts (Atom)