Wednesday, June 17, 2015

Bercerita kepada Anak


Cerita adalah metode komunikasi yang sudah berlaku dari generasi ke generasi, tetapi sekarang makin dilupakan orang karena peran dan fungsinya kini mulai tergantikan oleh tayangan-tayangan televisi dan game di komputer ataupun gadget. Padahal, bercerita sangat banyak manfaatnya. Cerita juga sudah menjadi tradisi mendunia.

Bercerita juga merupakan perintah Allah kepada kita sebagai orangtua. Kita dapat memperhatikan di dalam Alkitab bahwa bercerita merupakan cara untuk mengajarkan peringatan, ketetapan, dan peraturan Tuhan. Di dalam Ulangan 6:20-25 tertulis bahwa orangtua memiliki tugas untuk menceritakan perbuatan ajaib Tuhan. Melalui cerita, peringatan Tuhan dapat disampaikan kepada anak.

APA MANFAAT BERCERITA ?

1.    Membangun relasi orangtua-anak.
      Anak kecil paling senang mendengarkan cerita atau membaca cerita bersama. Apalagi jika kita memangku mereka dan memperlihatkan buku-buku. Memeluk anak dalam pangkuan sambil membacakan cerita dapat menjadi salah satu kenangan terindah yang akan diingat  anak seumur hidup.

2.    Menanamkan moral dan kebenaran kepada anak.
      Seorang anak akan sulit memahami pesan yang akan kita sampaikan apabila kita hanya memberi nasehat agar anak tidak melakukan ini dan itu. Pengalaman dan pengetahuan mereka yang terbatas membuat mereka hanya mengerti dan memahami apa yang mereka lakukan dan alami saat ini. Pemberian nasehat secara terus-menerus pun hanya akan membuat anak lebih mudah merasa jenuh dan memberontak. Akibatnya, hubungan orangtua dengan anak pun menjadi tegang karena hal tersebut.
      Akan berbeda dengan penyampaian pesan lewat cerita. Imajinasi yang dibangun melalui rangkaian cerita akan turut melibatkan perasaan anak. Akan muncul rasa senang untuk berkumpul serta ketertarikan anak untuk mengikuti alur cerita yang mereka dengar. Anak pun akan lebih mudah dididik karena setiap tingkah laku dapat dikaitkan dengan sikap hatinya.

3.    Mendengarkan cerita adalah kegiatan yang menyenangkan, merangsang kreativitas dan imajinasi.
      Pada saat mendengarkan cerita, anak distimulasi untuk menciptakan gambaran visual di pikirannya. Alur cerita dengan menampilkan bentuk-bentuk emosi akan mengembangkan  daya imajinasi anak, sehingga anak merasakan senang belajar dengan membayangkan cerita tersebut. Suatu saat ia bisa menuliskan atau menceritakan kembali isi cerita tersebut.

4.    Melatih konsentrasi anak.
Melalui aktifitas bercerita anak terbiasa untuk mendengar, menyimak mimik dan gerak si pencerita, atau memberi komentar di sela-sela bercerita. Hal ini berguna sebagai sebagai sarana melatih konsentrasi anak.

5.    Mengembangkan ketrampilan bahasa.
Anak yang biasa mendengarkan cerita, akan lebih  mudah mengungkapkan isi hati dan pemikirannya dengan kata-kata, lisan maupun tertulis. Dia mempunyai kosa kata yang kaya berasal dari perbendaharaan kata yang sering didengarnya melalui cerita.

6.    Membentuk kepribadian anak.
      Bercerita merupakan proses mengenalkan bentuk-bentuk  emosi dan ekspresi kepada anak, misalnya marah, sedih, gembira, kesal dan lucu. Hal ini akan memperkaya pengalaman emosinya yang akan berpengaruh terhadap pembentukan  dan perkembangan kecerdasan emosionalnya dan kepribadiannya.

7.       Menumbuhkan minat baca kepada anak.
Membaca cerita dalam buku memberikan informasi baru bagi anak. Ketertarikan pada informasi baru berikutnya akan membuat anak penasaran, ingin mengetahui dan dan membaca bukunya. Semakin tinggi rasa ingin tahunya, semakin tingi pula minat bacanya, sehingga kelak ia menjadi anak yang suka membaca dan menghargai ilmu.

Bagaimana Bercerita ?
  • Kegiatan bercerita membutuhkan tekad yang kuat dari orang tua.
  • Mulailah sedini mungkin membacakan anak cerita atau dongeng, bahkan kalau bisa dimulai sejak anak masih di dalam kandungan. 
  • Jadikan bercerita sebagai salah satu rutinitas di dalam keluarga, misalnya membaca cerita sebelum tidur.
  • Kegiatan bercerita  perlu dilakukan saat suasana yang baik dan nyaman. 
  • Alangkah baiknya orangtua juga rajin membaca dan memiliki bank cerita.
  • Kita bisa memperoleh berbagai sumber cerita melalui buku-buku, seperti buku cerita, baik itu fiksi seperti novel, maupun cerita nonfiksi semacam buku-buku kisah inspiratif.
  • Perbanyak koleksi bacaan di rumah. Mungkin kita perlu memasukkan “pembelian/sewa buku” ke dalam budget keluarga.
  • Peristiwa yang dialami sehari-hari dapat menjadi bahan pelajaran yang efektif bagi kita untuk mengajar dan menyentuh hati anak.  
  • Pengalaman hidup orangtua berjalan bersama Tuhan dan memenangkan pergumulan dapat menjadi isi dari bank cerita.

Siapakah yang sebaiknya bercerita?
Mungkin kita bukan termasuk orang yang ekspresif dan pandai bercerita. Kita juga merasa bahwa lebih baik pasangan kita yang memulai dan terlibat lebih banyak. Namun, apa pun alasannya, sebaiknya kita tidak menghindar dari tugas ini. Ketrampilan untuk bercerita dapat ditingkatkan ketika kita mulai bercerita. Keengganan kita melaksanakan tugas ini harus dikalahkan.

Usia
Sampai usia berapakah anak dapat secara efektif mendengar dan memanfaatkan cerita yang dapat membentuk sikap hati mereka?
Jawabannya adalah, selama anak masih mau berkumpul bersama orangtuanya, cerita yang menyentuh hati akan tetap bisa mengasah sikap hati anak.
Yang harus disesuaikan adalah cara kita bercerita. Isi serta metode penyampaian cerita perlu disesuaikan menurut tahapan usia anak. Anak-anak yang sudah lebih besar, tetapi belum berada pada taraf remaja mulai dapat menerima kisah-kisah yang ada di dalamnya disisipkan ajaran moral dan etika yang lebih dalam maknanya. Juga pada anak-anak yang lebih besar, kita dapat saling bertukar cerita dan teka-teki. Dengan demikian, kita dapat mengetahui jalan pikiran mereka sekaligus menggunakan cerita untuk mengajarkan etika Tuhan yang lebih tinggi.
Pada usia remaja, kemungkinan lebih efektif apabila kita meluangkan waktu-waktu untuk saling bertukar pikiran dengan mereka. Sangat penting bagi kita untuk tetap menyediakan waktu mengobrol dan lebih banyak mendengarkan anak-anak.

Ketika akhirnya anak bertumbuh dewasa dan tidak lagi memerlukan arahan orangtua, mereka tetap mengingat prinsip dari kisah yang pernah mereka dengar karena semua itu telah tertanam di hati anak-anak kita !

No comments:

Post a Comment