Thursday, March 14, 2013

Things to Consider before Homeschooling


Bagaimana jika mau memulai homeschooling ? 
Harus mulai dari mana ? 
Ada yang menjawab, “Langsung saja mulai ! Gampang kok, bisa learning by doing.” 
Ada yang menjawab, “Kamu sudah pikirkan dengan matang belum mengenai keputusan kamu untuk menjalankan homeschooling. Hati-hati dalam mengambil keputusan, karena ini menyangkut masa depan anak?” 

Ketika mengambil keputusan untuk melakukan homeschooling, ada yang menjawab, “Hah ? Apa kamu mampu ? Bisa konsisten ga ? Kasihan lho, anakmu nanti ga ada temannya !” 

Banyak pendapat pro dan kontra yang disampaikan mengenai homeschooling. 
Ada yang menguatkan dan memberi semangat, tapi ada juga yang membuat ‘down.’ 

Nah, ada 5 hal penting yang perlu dipertimbangkan sebelum kita mengambil keputusan untuk homeschooling, sebagai berikut : 

1. Motivasi dan tujuan. 
Ada beragam motivasi dan tujuan yang mendasari homeschooling.
Tetapi yang terutama adalah yakinkah bahwa homeschooling adalah panggilan dari Tuhan untuk keluarga kita?

2. Suami-isteri memiliki kesepakatan bersama. 
Kesepakatan sangat penting ! 
Suami-istri harus memiliki tujuan dan visi yang sama mengenai homeschooling. 
Ketika suami istri tidak sehati, homeschooling tidak akan berjalan maksimal, karena tidak mendapat dukungan satu sama lain. 
Menjalani homeschooling, bukan sesuatu yang mudah. Pasti akan mengalami kelelahan dan kejenuhan. Namun, salah satu hal yang sangat menguatkan adalah dukungan pasangan. 

Bayangkan, jika seorang isteri menjalankan homeschooling tanpa persetujuan suaminya. 
Ketika ia merasa lelah, suaminya menjawab, “Siapa yang suruh kamu lakukan itu ?” 

Dan, hal yang terpenting, di dalam kesepakatan antara suami-isteri, anugerah dan pengurapan Tuhan mengalir atas apa yang kita lakukan (Mazmur 133)

Jadi, jika ada pasangan kita yang belum sepakat, janganlah menentangnya, berdoalah, jika itu merupakan kehendak Tuhan, Tuhan akan memberikan pengertian kepada pasangan kita ! 

3. Komitmen waktu dan pengorbanan. 
Ada pertanyaan, “Bagaimana saya bisa membagi waktu untuk homeschooling ?” “Bagaimana jika saya tidak bisa komitmen untuk homeschooling ?” 
Jika kita ingin menjalankan homeschooling, mau tidak mau kita harus mau mengambil langkah untuk berkomitmen dalam hal waktu. 

Homeschooling sangat membutuhkan waktu kita. 
Waktu yang dibutuhkan bukan sekedar duduk bersama dan mengerjakan soal-soal. Tetapi mendampingi anak-anak kita dalam proses belajar mereka. 
Banyak hal lain yang akan dikerjakan bersama-sama, seperti : Lesson Planner, Science Experiments, Field Trip, papers, dsb. 

Satu hal yang penting adalah kita harus ‘memproteksi waktu’ kita ! 
Ada sebuah istilah, yaitu : “big disaster” bagi para homeschooling parents. 
Apakah itu ?? Distraction !! 
Apa saja yang dapat mengganggu kita? Teman-teman, program gereja, internet, urusan rumah, urusan pekerjaan atau bisnis, telepon dan banyak hal lain yang dapat membuat kita tidak fokus. 

Oleh karena itu, komitmen waktu tidak dapat dipisahkan dengan ‘personal sacrifice’, yaitu mengesampingkan keinginan-keinginan pribadi untuk masa depan anak-anak kita.

Misalnya, ketika kita lelah karena tidur larut malam, rasanya kita ingin bangun siang. Tapi, kita mengesampingkan keinginan untuk santai karena ada tanggung jawab yang harus kita lakukan. 
Ketika handphone atau bbm memanggil kita berkali-kali di pagi hari, apa yang kita lakukan? 

Dan ... mau tidak mau, kita perlu melakukan ‘self management’ untuk mengelola waktu kita yang sehari 24 jam, dibagi untuk homeschooling, urusan rumah tangga, waktu untuk pasangan, waktu untuk kita pribadi, dan waktu untuk melayani, bekerja, dsb. 

Memang sebuah perjuangan ! 
Tetapi ingatlah …. bahwa kita sedang menginvestasikan waktu kita bagi masa depan anak-anak.

Jika anak-anak melihat bahwa kita sungguh-sungguh mendampingi mereka dalam proses belajar, mereka akan melihat bahwa “learning is very important”, dan mereka pun akan sungguh-sungguh belajar dengan baik! 

4. Parenting Life. 
Ada orang tua yang bertanya, 
“Bagaimana jika anak saya lebih suka diajar oleh orang lain dan ga mau diajar oleh orang tuanya?” “Bagaimana jika anak saya ga mau nurut sama orang tuanya? Lebih nurut sama orang lain?” 
“Bagaimana jika anak saya sulit duduk diam dan suka lari-lari kalau diajarin sama orang tuanya?” 

Pertanyaannya adalah, “Mengapa anaknya ga mau nurut dan ga mau diajar oleh orang tuanya ?” 
Jawabannya adalah : homeschooling tidak dapat dipisahkan dengan parenting life. 

Homeschooling bukan sekedar mengajar hal-hal yang berhubungan dengan ‘akademik’ anak, tapi relationship dan proses mendidik anak. Dan proses mendidik anak adalah sepanjang hidup kita sebagai orang tua. 
Jika orang tua tidak mendidik anaknya, bagaimana bisa mengajarkan hal yang lain? Bagaimana bisa menjalankan homeschooling? 

Mendidik anak yang dimaksudkan adalah membesarkan anak, mendampingi anak, mendisiplinkan anak, menanamkan nilai-nilai kepada anak kita. 
Sangatlah kecil kemungkinannya, jika kita mengharapkan anak kita akan duduk manis apabila kita tidak pernah melatihnya untuk duduk manis. 
Sangatlah sulit jika kita mengharapkan anak kita taat kepada kita apabila kita tidak pernah mendidik dan mendisiplin mereka untuk taat kepada orang tuanya. 
Tidaklah mudah untuk mengajar anak kita apabila kita tidak pernah mendampingi anak kita ketika mereka bereksplorasi dalam dunianya, apabila kita selalu mengabaikan rasa ingin tahu dan pertanyaan anak-anak kita pada masa perkembangannya. 

Menjalankan homeschooling merupakan ‘way of life’. 
Ketika anak-anak baru berumur beberapa bulan, kita mendampinginya membacakan cerita dari buku-buku anak-anak. Sejalan dengan pertumbuhannya, kita mendampingi anak-anak ketika belajar merangkak, belajar berjalan, belajar tentang warna, belajar tentang bentuk, belajar tentang huruf dan seterusnya …… 

Oleh karena itu, jika kita ingin menjalankan homeschooling, alangkah baiknya kita sebagai orang tua memperlengkapi diri untuk belajar bagaimana cara mendidik dan mendisiplinkan anak-anak kita. 
“Tidak ada anak yang sulit !” Yang ada hanyalah orang tua yang kesulitan mendidik anak-anaknya.” 

5. Belajar, belajar dan belajar. 
Di dalam homeschooling, yang belajar bukan hanya anak-anaknya saja, tapi juga orangtuanya. 
Ada yang bertanya, “Apakah mungkin…..saya bisa menjalankan homeschooling ?” 

Sesungguhnya, kita sangat bisa menjalankan homeschooling jika kita bisa membaca dan menulis. 
Kita akan lebih mudah menjalankan homeschooling apabila kita senang menghabiskan waktu bersama anak-anak kita, senang membacakan cerita dan bereksplorasi bersama anak-anak kita. 

Tapi ada satu hal yang sangat penting yaitu : tidak ada kata yang tidak bisa jika kita mau belajar. 
Oleh karena itu, orang tua yang selalu ingin belajar pasti akan berhasil menjalankan homeschooling. 

Belajar tentang apa saja ? Banyakkkkk !!! 
Kita perlu memperlajari kurikulum apa yang akan digunakan untuk keluarga kita, cara mendidik anak, cara anak belajar. Belajar bagaimana mengatasi anak yang sulit belajar, belajar bagaimana menjadi teman bagi anak-anak kita, dan sebagainya. Belajar dan belajar tidak akan pernah habis dalam hidup kita. 

Bagaimana cara kita belajar ? Banyakkk cara !!! 
Bisa dengan membaca buku, menghadiri seminar, browsing internet ataupun bertanya kepada teman yang lebih berpengalaman. 

“Life is not about grades. Life is about lifelong learning.” ( Robert Kiyosaki ) 

Nah, berapa mahalkah kurikulum homeschooling ? 
Relatif !!! 
Ada yang gratisan, kita bisa mencari web-web yang menyediakan materi-materi pelajaran dengan free, ada pula kurikulum yang boleh dikategotikan lebih mahal. 
Namun, untuk para homeschoolers, harga material pelajaran masih sangat terjangkau, tetapi yang paling mahal adalah komitmen, bayar harga dan disiplin orang tua !!! 

(By : Lie)

No comments:

Post a Comment