Saturday, May 24, 2014

Kurikulum & Warisan Abadi


Amsal 3
Apa yang melatarbelakangi kita dalam menjalankan homeschooling ?
Warisan apa saja yang ingin kita berikan bagi anak-anak kita melalui homeschooling ?

Nah, walaupun setiap keluarga memiliki alasan yang berbeda-beda dalam memilih homeschooling, kita akan belajar dari kehidupan Daud.
Sebagai seorang ayah, Daud mewarisi beberapa hal penting kepada anaknya, Salomo. Sehingga dalam kehidupannya, Salomo mendapat penghargaan dari Tuhan dan dari manusia.
 
Apa saja yang Daud wariskan kepada Salomo ?

1.       Ayat 3-5
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.  Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”.

Kurikulum pertama yang Daud ajarkan kepada Salomo adalah : FAITH, yaitu percaya kepada Tuhan dengan segenap hati dan hidup dalam takut akan Tuhan.
Kepandaian akademik bukanlah tujuan nomor satu.
Jadi, dalam menjalankan homeschooling …. biarlah agenda dan porsi terbesar yang kita ajarkan kepada anak-anak kita adalah iman kepada Tuhan dan hidup takut akan Tuhan.
Nanti pada saat anak-anak kita sukses, mereka bisa bersaksi bahwa keberhasilan dalam hidup mereka adalah karena Tuhan.

2.       Ayat 13.
“Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian.”
Kurikulum kedua adalah : KEPANDAIAN.
Kurikulum apa pun yang digunakan oleh anak-anak kita, kita harus memiliki target pencapaian oleh anak-anak kita.  Minimal ….bila anak kita diukur secara akademis, mereka sama atau bahkan lebih dengan anak-anak di sekolah umum. Bila guru di sekolah harus mengajar di mana satu kelas berisi banyak anak, maka kita sebagai orangtua yang memberikan waktu secara khusus untuk anak kita saja pastilah akan memberikan hasil yang lebih baik.
Di dalam Firman Tuhan pun, tokoh-tokoh yang berpengaruh adalah orang-orang yang pandai, seperti Daniel dan Salomo.

3.       Ayat 21-23
“Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu, maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu, dan perhiasan bagi lehermu. Maka engkau akan berjalan di jalanmu dengan aman, dan kakimu tidak akan terantuk.”

Kurikulum ketiga adalah : HIDUP DENGAN BIJAKSANA.
Di dalam dunia nyata, setiap hari kita menghadapi pilihan hidup dan harus membuat keputusan. Anak kita pun akan menghadapi pilihan hidup. Oleh sebab itu anak-anak harus diajarkan untuk hidup bijaksana. Bijaksana artinya dapat mengambil pilihan yang benar dalam hidupnya.
Bijaksana dimulai dengan kemampuan anak untuk mengatur dan memimpin dirinya sendiri. Orang yang bisa mengatur dirinya sendiri akan menjadi teladan bagi orang lain dan akan menjadi berkat bagi orang lain. Maka akan ada orang lain yang mengikutinya dan secara otomatis akan menjadi pemimpin bagi orang lain.
Memimpin diri sendiri bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana seperti disiplin dan mengatur waktu belajar dengan baik.
Walaupun homeschooling ada fleksibilitas waktu, bukan berarti anak-anak kita hidup tanpa disiplin bahkan kalah disiplin dengan anak-anak di sekolah.

4.       Ayat 27.
Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.”

Kurikulum keempat adalah : KONEKSI dengan orang lain.
Anak perlu diajar membangun hubungan dengan orang lain. Ajarkan bagaimana berteman dengan baik dan menjadi berkat bagi orang lain. Kekuatan relationship akan menentukan kesuksesan anak-anak kita.
Apabila kita memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, tangan Tuhan akan bekerja untuk memberkati dan menggunakan hubungan tersebut untuk kebaikan kita.
Tanamkanlah nilai yang berbeda dengan dunia. Apabila dunia mengajarkan bersaing, kita mengajarkan untuk partnership. Apabila dunia mengajarkan untuk saling mengalahkan supaya sukses, kita mengajarkan anak-anak untuk saling mendorong untuk maju. Pada saat anak-anak kita mendorong orang lain untuk maju, maka mereka juga akan maju.
Nah, komunitas adalah tempat untuk belajar bagaimana anak-anak kita belajar membangun hubungan. Karena untuk membangun hubungan, tentu kita perlu orang lain, tidak bisa sendiri.
Untuk anak-anak belajar mengampuni, tentu mereka perlu mengalami konflik terlebih dulu, karena itu di dalam komunitas … kita pun memberi ruang/kesempatan untuk anak mengalami hal tersebut.

Salomo terbukti berhasil dalam membangun hubungan, di mana dalam masa pemerintahannya Israel mengalami damai, tidak ada musuh karena adanya hubungan yang baik dengan kerajaan lain.

(by : Erwin)

No comments:

Post a Comment