Keluarga
Samuel Bangun Wibowo :
Semasa kuliah, kami memiliki satu keluarga pembimbing
rohani yang sangat banyak memberi pengaruh bagi kehidupan kami. Setelah kami
lulus dan berkeluarga, keluarga pembimbing kami ini sering membagikan
sukacitanya menerapkan homeschooling bagi anak-anak mereka. Melalui keluarga
inilah kami mendengar, mempertimbangkan, dan akhirnya memutuskan juga untuk
menerapkan homeschooling bagi anak-anak kami.
Tinggal di sekitar BSD sangat berbeda dengan tinggal di
Bandung seperti yang dulu saya alami. Katakanlah di Bandung banyak sekolah negeri
yang terjangkau dengan hasil lulusan
yang cukup baik seperti yang saya alami dulu. Masuk ke BSD rasanya seperti
masuk hutan rimba pendidikan. Konon banyak sekolah bagus, namun dilihat dari
biaya, duh ganas sekali sekolah-sekolah ini menurut kemampuan kami. Sekolah
yang lebih terjangkau kami tidak terbayang bagaimana kualitasnya. Akhirnya,
dengan latar belakang biaya sebagai alasan awal, kami pun mulai mempelajari
homeschooling. Lalu salah satu langkah menuntun kami untuk membaca karya-karya
filosofis Charlotte Mason tentang pendidikan, dan jatuh cintalah kami pada
homeschooling. Kami terkesan dengan keyataan bahwa seharusnya pendidikan itu
memberi kebebasan bagi anak untuk mengembangkan dan memuaskan rasa ingin
tahunya, dan bukannya memberi beban secara psikologis pada anak. Menuntut
penerapan hal ini di sekolah formal pasti sulit, karena itu kemudian kami
memantapkan diri mengambil keputusan homeschooling.
Anak kami yang terbesar baru berumur 5 tahun, dan dia
belum bisa menulis. Namun berdasarkan kata-kata lisannya yang saya tuliskan kembali,
dia berkata bahwa dia senang belajar di rumah karena belajar dengan Ibu. Cukup
terharu juga mendengarnya J
Komunitas Eagle’s Nest adalah salah satu berkat tersendiri
yang lain yang kami peroleh selain keluarga yang sudah saya sebutkan di atas.
Novia Prayogo memperkenalkan kami pada komunitas ini dan kami sangat bersyukur
untuk itu. Bagi orang tua, komunitas ini sangat memperlengkapi kami dalam memahami bahwa ada berbagai macam
pilihan kurikulum, ada berbagai macam cara penerapan praktis mulai dari cara
memilih buku-buku sampai cara membuat laporan pendidikan anak yang diperlukan
untuk bila suatu saat akan mengambil sekolah formal atau kuliah, komitmen para
Ayah dan Ibu yang tergabung disini menjadi inspirasi bagi kami bagaimana
seharusnya orang tua berkomitmen dalam pendidikan homeschooling. Dan juga
berbagai pemerlengkapan lainnya, misalnya sesi sharing dengan para pakar
pendidikan dan praktisi homeschooling dari komunitas lain yang sudah mengantarkan
anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi. Di komunitas ini kami merasa seperti
memiliki saudara yang mengerti pergumulan kami, yang sudah melaluinya, atau
yang sedang bersama-sama menjalani pergumulan yamg serupa. Komunitas ini
mengasah sekaligus menyejukkan.
Bagi anak-anak kami, komunitas ini merupakan tempat mereka
bermain, bersosialisasi, merasa memiliki teman dengan jalur yang sama, tempat
mereka bisa membagikan ekspresi mereka dan mengasah keberanian, seperti
misalnya melalui aktivitas show and tell.
Disini juga saya melihat bagaimana anak saya belajar melihat kakak-kakak yang
selalu bisa diandalkan menemani mereka. Disini mereka belajar menerima dan
mengasihi teman dari berbagai usia. Bagi kami, Eagle’s Nest adalah salah satu
tempat kami bertumbuh.
Keluarga Widiyanto :
Roh Kudus menuntun kami
untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak kami sesuai dengan kehendakNya. Dan kami percaya, homeschooling akan dipakai sebagai saranaNya dalam menuntun kami untuk mencapai tujuan itu. Meski akan banyak halangan menghadang, kami
yakin, homeschooling akan menjadi perjalanan yang dipilihNya untuk pengembangan diri tidak hanya bagi anak-anak, namun terlebih lagi adalah bagi kami sebagai orangtua. Dan dengan homeschooling ini, kami yakin dengan pimpinan Roh Kudus, kami sebagai keluarga akan semakin dekat dengan Tuhan.
yakin, homeschooling akan menjadi perjalanan yang dipilihNya untuk pengembangan diri tidak hanya bagi anak-anak, namun terlebih lagi adalah bagi kami sebagai orangtua. Dan dengan homeschooling ini, kami yakin dengan pimpinan Roh Kudus, kami sebagai keluarga akan semakin dekat dengan Tuhan.
Hal yang disukai dari homeschooling, jawaban spontan dari Yosua: "homeschooling kan enak gak ribet..gak harus macet-macet, banyak lampu merah..kalau hujan nggak ribet..pelajarannya kan lebih gampang..terus kalau sekolah kan lama, nggak sempet main.."
Kami bergabung dalam
komunitas agar dapat saling membantu dan menguatkan, selain sebagai wadah sosialisasi bagi anak maupun orangtua (terutama
ibunya). Banyak hal yang kami
dapatkan dari komunitas, antara persaudaraan,
inspirasi/ bantuan dalam teknis
homeschool/ parenting, dan kebersamaan yang didapat dari kegiatan-kegiatan seru saat field trip!
Keluarga Surya :
Alasan yang melatar belakangi kami memilih homeschooling karena kami belum siap "melepaskan" anak-anak kami. Kami ingin membangun kedekatan dalam usia golden age mereka. Berkat yang anak kami dapat dengan menjalankan homeschooling adalah anak kami bisa bertemu banyak teman, bisa main bersama. Dengan bergabung dalam komunitas Eagle's Nest, kami tidak merasa berjalan sendiri, dan dapat belajar banyak dari orangtua lainnya.
Keluarga Bun Lie :
Alasan utama keluarga kami menjalankan homeschooling adalah karena tiap
anak itu unik, sehingga butuh dididik secara unik pula, di mana hal ini sulit
dilakukan di sekolah formal. Selain itu, kami kuatir tidak dapat mendidik
karakter dan mengendalikan pergaulannya bila masuk ke sekolah formal.
Anak kami, Sonya suka homeschool karena 2 alasan, salah satunya adalah tidak usah bangun pagi-pagi untuk ke sekolah,
serta pelajaran dan gurunya asyik (catatan : padahal kadang dia suka males juga
lho, dan lebih suka segera kabur untuk bermain dengan teman-temannya).
Kami bergabung di komunitas Eagle’s Nest karena sebagai kaum minoritas (di
lingkungan keluarga & tetangga belum ada yang homeschooling), kami sangat
membutuhkan teman sesama homeschooler. Berkat yang kami dapat setelah bergabung
adalah bisa mengunjungi suatu tempat (field trip) dalam kelompok (di mana hal
ini sangat berarti khususnya bagi anak kami), mendapatkan informasi penting
seputar parenting, dan juga menambah pengetahuan tentang bagaimana menjalankan
homeschooling yang lebih baik lewat sharing dengan keluarga lain, serta tentu
saja kini tidak lagi merasa sendiri. Anak kami senang karena teman-temannya di komunitas
baik-baik, tidak kasar (dibanding anak-anak tetangga katanya), lagipula
guru-gurunya (para moms yang mengajar) juga baik-baik.
Keluarga Rino Rinanditio
:
SEBUAH TANTANGAN, HARAPAN DAN KEYAKINAN
Anak merupakan sosok yang berharga untuk setiap keluarga,
terutama bagi kami yang menikah pada usia yang tidak muda. Saat mengharapkan
kehadirannya dalam waktu yang cukup lama, kami dipenuhi dengan harapan dan
kewaspadaan. Pengalaman masa kecil saat bersekolah, interaksi dengan banyak
orang di pekerjaan dan pengamatan terhadap generasi sekarang membuat kami ingin
menyiapkan diri lebih saat si buah hati.
Akhirnya saat yang ditunggu tiba, anak kamipun lahir.
Awalnya kami berencana untuk memasukkan dia ke sekolah semi homeschool pada
saat berusia 2 tahun. Namun setelah melewati keraguan dan mempertimbangkan
banyak hal, akhirnya kami memberanikan diri untuk menjalani full homeschool
sejak usianya 1.5 tahun.
Kami percaya bahwa orang tualah yang bertanggung jawab
penuh terhadap pendidikan anak. Dengan homeschool kami punya keleluasaan untuk
menyusun sendiri kurikulum yang diperlukan. Selain itu kami dapat mengamati
perkembangan anak secara langsung dan membentuk anak sesuai dengan nilai
keluarga. Namun lebih daripada pendidikan anak, homeschool menyediakan
perjalanan rohani yang luar biasa. Pada saat kami mendidik anak, sesungguhnya
Tuhanpun sedang mendidik kami agar menjadi seperti yang Dia rencanakan.
Melalui homeschool, kami diajar bergantung sepenuhnya pada
Tuhan. Diajar berharap dan percaya bahwa Dialah Tuhan yang menyediakan kemampuan,
kekuatan, kepekaan dan kebijaksaan dalam proses mendidik anak kami.
So, it is not just a homeschool, it is God’s school for
every one of us. Long journey is a head of us but we thank God for His
provision.
Keluarga Danny Pranoto :
We decided to homeschool because both we husband and wife got the same conviction when we read Deuteronomy 6:4-7, it is God’s calling for our family. We are grateful that God has given us the gift of children, so we feel that is is our responsibility to equip them with skills and values that will help them to become as the original plan that God has designed them to be. Homeschooling also enables us to enjoy a lot of time together as a family, and it suits our family’s lifestyle best.
We love Eagle’s Nest! It is a friendly community which we can meet fellow homeschoolers, who are generously sharing all their knowledge and resources to support one another.
As a newly homeschooling family moving our house to a new place, we needed a support group but we didn’t know where to find. We believe that it is not just a coincidence that we can find Eagle’s Nest, but because God knows how to give good things to His children who asked.
No comments:
Post a Comment